Contact Us
Kirim Tulisan
Tulisan Saya
Pelataran
Kirim Berita Media Wanita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
Pelataran
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
No Result
View All Result
Pelataran
No Result
View All Result
Home Opini

Saat Membaca Tak Lagi Tren: Apa yang Terjadi pada Generasi Z?

Minimnya literasi pada generasi z, yang menjadi krisis dalam membaca untuk wawasan generasi muda.

Rizka Salwa by Rizka Salwa
24 June 2025
in Opini
A A
4
bookcase with children reading books room with book titled children 881299 84545
909
SHARES
1.3k
VIEWS

Generasi Z, yang umumnya mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang sangat terampil dalam teknologi. Mereka tumbuh di dalam dunia yang sepenuhnya digital, di mana informasi dapat diakses dengan cepat melalui perangkat pintar dan media sosial. Namun, di balik kemudahan akses ini, terdapat kekhawatiran serius mengenai tingkat literasi mereka. Ini bukan berarti mereka tidak dapat membaca, tetapi kedalaman pemahaman, minat terhadap bacaan panjang, dan kemampuan berpikir kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi sering kali tidak memadai.

 

Fenomena ini dapat dilihat dari rendahnya minat baca buku fisik atau karya sastra yang mendalam. Banyak dari Generasi Z lebih memilih konten instan seperti video pendek, cuplikan berita, atau postingan di media sosial ketimbang membaca artikel panjang atau buku non-fiksi. Literasi dalam pengertian yang lebih luas yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi menjadi tantangan yang besar. Hal ini berimplikasi langsung terhadap kemampuan mereka dalam mengambil keputusan, berkomunikasi secara efektif, serta menghadapi banjir informasi yang kadang menyesatkan.

Minimnya literasi juga berdampak pada kualitas diskursus publik. Di media sosial, sering kali kita melihat perdebatan yang dangkal dan opini yang tidak didasarkan pada data atau bacaan yang kredibel. Generasi Z yang aktif di ruang digital sering kali terlibat dalam penyebaran hoaks tanpa disadari, hanya karena mereka tidak terbiasa untuk memeriksa ulang sumber atau membaca hingga tuntas. Ini menjadi ironi, mengingat mereka adalah generasi yang paling terhubung secara informasi, namun belum tentu yang paling paham.

Tentu saja, tidak semua anggota Generasi Z mengalami krisis literasi. Ada juga banyak anak muda yang aktif membaca, berdiskusi secara kritis, bahkan menulis opini atau karya sastra. Namun, jumlah mereka belum mencerminkan arus utama. Budaya membaca yang dulunya menjadi ciri khas kaum intelektual kini kalah bersaing dengan budaya menonton dan menggulir layar. Bahkan, di lingkungan sekolah dan kampus, kegiatan membaca sering dianggap sebagai kewajiban, bukan kebutuhan atau kesenangan.

Baca Juga

ketua PBNU

PBNU dan Santri Lirboyo Geram, Tayangan Trans7 Dinilai Melecehkan Marwah Pesantren, Trans7 Minta Maaf dan Akui Lalai

15 October 2025
M. Imam Muddin | Mahasiswa Ilmu Tasawuf & Psikoterapi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti hubungan antara spiritualitas Islam, psikologi, dan keseimbangan jiwa

“Dari Crypto ke Saham Halal: Cara Fikih dan Psikologi Menenangkan Cemas Finansial”

7 October 2025
soft living

Lelah Diburu Ambisi? Soft Living, Cara Gen Z Melawan Hustle Culture

6 August 2025
NEED JOB

Antara Gelar dan Realita: Dunia Kerja Butuh Apa Sih Sebenarnya?

5 August 2025
Leaderboard apa apa

 

Penyebab rendahnya literasi ini cukup kompleks. Selain pengaruh media sosial dan gaya hidup yang serba cepat, sistem pendidikan juga berperan. Kurikulum yang terlalu padat, kurangnya metode pembelajaran yang menarik, dan minimnya akses terhadap bacaan berkualitas turut memperparah keadaan. Bahkan, di beberapa daerah, akses terhadap buku dan internet yang edukatif masih sangat terbatas.

Solusinya jelas tidak instan, namun harus dimulai dari kebiasaan kecil. Orang tua, guru, dan pembuat kebijakan harus berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung budaya baca sejak usia dini. Literasi tidak harus dimulai dengan buku tebal, bisa juga dari artikel, cerita pendek, atau esai ringan yang terpenting adalah menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan untuk memahami konteks secara mendalam. Selain itu, media digital juga dapat digunakan sebagai alat, bukan sebagai musuh. Konten edukatif di YouTube atau podcast dapat menjadi jembatan menuju literasi yang lebih luas.

Sebagai generasi penerus, Generasi Z memiliki potensi yang sangat besar. Namun, potensi tersebut bisa terbuang sia-sia tanpa adanya pondasi literasi yang kuat. Dunia masa depan menuntut lebih dari sekadar kemampuan teknis ia juga menuntut pemikiran kritis, komunikasi yang efektif, dan pemahaman yang mendalam. Jika Generasi Z dapat membangun kembali tradisi membaca dan literasi yang kuat, maka mereka tidak hanya akan menjadi pengguna informasi, tetapi juga pencipta pengetahuan yang cerdas dan bertanggung jawab.

Share364Tweet227Share64Pin82SendShare
Banner Publikasi Press Release Gratis
Previous Post

MTsN 6 Bantul Bagikan Daging Kurban kepada Warga Sekitar

Next Post

Bintaljarahdam II/Swj Gelar Acara Pisah Sambut Wakabintaljarahdam II/Swj

Rizka Salwa

Rizka Salwa

Hallo, saya salah satu mahasiswa program studi Sastra Indonesia di Universitas Pamulang. Saya gemar dalam menulis opini dan cerita. Saya dapat dihubungi melalui instagram saya, @cytsall.

Related Posts

ketua PBNU

PBNU dan Santri Lirboyo Geram, Tayangan Trans7 Dinilai Melecehkan Marwah Pesantren, Trans7 Minta Maaf dan Akui Lalai

15 October 2025
M. Imam Muddin | Mahasiswa Ilmu Tasawuf & Psikoterapi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti hubungan antara spiritualitas Islam, psikologi, dan keseimbangan jiwa

“Dari Crypto ke Saham Halal: Cara Fikih dan Psikologi Menenangkan Cemas Finansial”

7 October 2025
soft living

Lelah Diburu Ambisi? Soft Living, Cara Gen Z Melawan Hustle Culture

6 August 2025
NEED JOB

Antara Gelar dan Realita: Dunia Kerja Butuh Apa Sih Sebenarnya?

5 August 2025
Next Post
IMG 20250624 WA0044

Bintaljarahdam II/Swj Gelar Acara Pisah Sambut Wakabintaljarahdam II/Swj

IMG 20250624 WA0016

Toilet, Air, dan Martabat: Ketimpangan yang Masih Dianggap Sepele bagi Perempuan

AMIKOM

Akademisi AMIKOM Surakarta Perkuat UMKM Desa Gombang Boyolali Melalui Literasi Digital dan E-Commerce

WhatsApp Image 2025 06 24 at 16.53.34

Perkuat Sinergi Keuangan Salimah Kota Bekasi Gelar Rakorcab Bendahara se Kota Bekasi

MAN 1 Malang

Jangkau Delapan Sekolah, HMPSTI UNIKAMA Sukses Gelar

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat dan Ketentuan
  • Disclaimer
  • Mengapa Tulisan Belum Ditayangkan?
  • Contact Us

© 2023 Pelataran - Pres Rilis dan Berita

No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
  • Login
  • Sign Up

© 2023 Pelataran - Pres Rilis dan Berita