Contact Us
Kirim Tulisan
Tulisan Saya
Pelataran
Banner Publikasi Press Release Gratis
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
Pelataran
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
No Result
View All Result
Pelataran
No Result
View All Result
Home Opini

Generasi Gadget : Maju Tak Gentar, Membela yang Bayar!

“Maju tak gentar, membela yang benar. Maju tak gentar, hak kita diserang. Maju tak serentak, mengusir penyerang. Maju serentak, tentu kita menang.”

Rahatyadi Puspa Asri by Rahatyadi Puspa Asri
22 July 2025
in Opini
A A
0
gambar artikel
858
SHARES
1.2k
VIEWS

Penggalan lagu wajib yang begitu menggugah ini tentu tak asing bagi generasi X hingga milenial. Lagu Maju Tak Gentar karya Cornel Simanjuntak yang diciptakan pada tahun 1944, mengusung semangat patriotisme yang kuat dan menanamkan nilai bela negara pada generasi awal Indonesia merdeka. Namun, ironi terjadi ketika lagu ini kini diplesetkan oleh sebagian Gen-Z dan Gen Alpha menjadi “Maju Tak Gentar Membela yang Bayar.” Hilang sudah semangat juang. Rasa kebangsaan pun mulai luntur. Lantas, di mana letak kesalahannya?

Pada hakikatnya, bela negara adalah hak sekaligus kewajiban setiap warga negara. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional mendefinisikan bela negara sebagai tekad, sikap, perilaku, dan tindakan warga negara—baik secara individu maupun kolektif—dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta keselamatan bangsa dan negara, yang dilandasi oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Leaderboard Puteri Anak dan Puteri Remaja Banten 2026

Wawasan kebangsaan, bela negara, dan cinta tanah air seharusnya ditanamkan sejak dini—di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Namun kini, realitas berkata lain. Sekolah seolah hanya menjadi tempat meningkatkan kecerdasan intelektual (IQ), sementara masyarakat tampak abai terhadap pembentukan karakter generasi muda. Upacara bendera yang seharusnya menjadi bentuk penghormatan atas jasa pahlawan, justru dianggap sebagai beban “berpanas-panasan.” Perayaan Hari Kemerdekaan yang semestinya menjadi momen refleksi dan syukur, kini terasa hanya sebagai rutinitas tanpa makna.

Baca Juga

M. Imam Muddin | Mahasiswa Ilmu Tasawuf & Psikoterapi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti hubungan antara spiritualitas Islam, psikologi, dan keseimbangan jiwa

“Dari Crypto ke Saham Halal: Cara Fikih dan Psikologi Menenangkan Cemas Finansial”

7 October 2025
soft living

Lelah Diburu Ambisi? Soft Living, Cara Gen Z Melawan Hustle Culture

6 August 2025
NEED JOB

Antara Gelar dan Realita: Dunia Kerja Butuh Apa Sih Sebenarnya?

5 August 2025
AI

AI: Sahabat Curhat Gen Z di Tengah Krisis Kesehatan Mental

5 August 2025

Pemahaman sempit tentang bela negara yang hanya dikaitkan dengan tugas TNI dan Polri dalam menghadapi ancaman fisik eksternal menunjukkan perubahan paradigma akibat kurikulum pendidikan yang kurang mengakomodasi nilai-nilai kebangsaan secara utuh. Padahal, di era digital seperti sekarang—di tengah pesatnya perkembangan Internet of Things, big data, dan kecerdasan buatan (AI)—ancaman terhadap bangsa tidak lagi semata berbentuk fisik, tetapi juga bersifat masif melalui dunia maya.

Ancaman itu datang dari maraknya penyalahgunaan teknologi, seperti minimnya literasi digital, penyebaran hoaks, judi online, pencurian data pribadi, pornografi, hingga radikalisme digital. Semua ini diperparah oleh kurangnya regulasi ketat serta minimnya edukasi bijak dalam menggunakan media sosial. Akibatnya, timbul konflik vertikal dan horizontal, kebencian antarsuku, agama, ras, serta peningkatan kasus perundungan siber, diskriminasi gender, dan kriminalitas.

Lebih jauh, degradasi karakter bangsa tampak jelas melalui perilaku egois, pelanggaran hukum, minimnya etika dan disiplin, korupsi, perusakan lingkungan, serta vandalisme terhadap fasilitas umum. Hal ini menunjukkan urgensi pembentukan karakter di sekolah melalui pendidikan budi pekerti yang integratif. Sayangnya, masih banyak tenaga pendidik yang belum kompeten dalam menerapkan nilai moral dan akhlak dalam pembelajaran. Maka, guru sebagai agen perubahan harus dibekali dengan kemampuan menanamkan wawasan kebangsaan, toleransi, persatuan, kebhinekaan, dan semangat patriotisme.

Ki Hajar Dewantara pernah menyampaikan konsep Tri Pusat Pendidikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Artinya, keluarga juga memegang peranan penting dalam membentuk karakter anak. Maka, setelah membahas peran pemerintah dan pendidikan, mari kita soroti peran keluarga. Beberapa langkah sederhana, murah, dan efektif yang dapat dilakukan keluarga dalam menumbuhkan cinta tanah air di era teknologi antara lain: mengajarkan pola hidup sehat, mendukung hobi anak dengan teknologi bermanfaat seperti game edukatif atau e-sport yang diperlombakan, mengajarkan keterampilan multimedia, desain digital, hingga ekonomi kreatif berbasis daring.

Dengan perencanaan dan kolaborasi dari tingkat keluarga hingga pemerintah, kita bisa membangun benteng karakter bangsa yang tangguh. Setiap warga negara harus terus disegarkan dengan kesadaran akan pentingnya bela negara. Ingatan kolektif yang menyatukan Sabang hingga Merauke harus didekatkan kembali kepada generasi muda, agar cita-cita bangsa seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dapat terwujud di masa depan.

Share343Tweet215Share60Pin77SendShare
Leaderboard apa apa
Previous Post

Edukasi Usaha Lokal Melalui TTG Infografis dan Videografis Berbasis KBLI 2020 di Kelurahan Mergosono oleh Mahasiswa PKM-T Kelurahan CANTIK Departemen Statistika FMIPA Universitas Brawijaya

Next Post

Menteri Nusron Dampingi Presiden Prabowo Resmikan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih

Rahatyadi Puspa Asri

Rahatyadi Puspa Asri

Pemuja Fantasi!

Related Posts

M. Imam Muddin | Mahasiswa Ilmu Tasawuf & Psikoterapi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti hubungan antara spiritualitas Islam, psikologi, dan keseimbangan jiwa

“Dari Crypto ke Saham Halal: Cara Fikih dan Psikologi Menenangkan Cemas Finansial”

7 October 2025
soft living

Lelah Diburu Ambisi? Soft Living, Cara Gen Z Melawan Hustle Culture

6 August 2025
NEED JOB

Antara Gelar dan Realita: Dunia Kerja Butuh Apa Sih Sebenarnya?

5 August 2025
AI

AI: Sahabat Curhat Gen Z di Tengah Krisis Kesehatan Mental

5 August 2025
Next Post
WhatsApp Image 2025 07 22 at 07.59.05

Menteri Nusron Dampingi Presiden Prabowo Resmikan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih

Budaya

Budaya Lokal yang Terlupakan: Krisis Identitas di Kalangan Generasi Muda

IMG 3517

Makan Bergizi Gratis yang Berujung Petaka: Refleksi Kritis atas Kasus Keracunan Makanan di NTT

1 1

Matrikulasi: Membangun Fondasi untuk Belajar Lebih Cepat di El Haqqa Qur'anic School

sIIs8qcw

Erwin Aksa Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat dan Ketentuan
  • Disclaimer
  • Mengapa Tulisan Belum Ditayangkan?
  • Contact Us

© 2023 Pelataran - Pres Rilis dan Berita

No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
  • Login
  • Sign Up

© 2023 Pelataran - Pres Rilis dan Berita