Selagi Kecil, Selagi Bisa: Sebuah Perlawanan Terhadap Stunting di Desa Blacanan
Blacanan, 19 Juli 2025 – Besi ditempa selagi panas, anak dibentuk selagi kecil. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2024 19,8% anak di Indonesia mengalami stunting dengan total mencapai 298.903 anak. Tragisnya, 11 dari jumlah anak-anak tersebut terdapat di Desa Blacanan, menunjukkan adanya kegagalan orang tua dalam memberikan pola asuh serta nutrisi yang terbaik untuk anak-anaknya.
Melalui data yang diperoleh dari perangkat desa dan masyarakat setempat, tiga mahasiswa KKN-T Tim 15 mengambil langkah strategis dengan menghadirkan program monodisiplin yang difokuskan untuk upaya preventif dan kuratif terhadap kasus stunting di Desa Blacanan.
Stunting dan Dampaknya: Ancaman Tersembunyi bagi Perkembangan Anak
Hasil studi meta-analisis terbaru menyatakan bahwa stunting berdampak signifikan terhadap perkembangan neurokognitif anak, di mana otak anak tidak tumbuh sempurna yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan kecerdasan pada anak. Kondisinya akan lebih parah jika terjadi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di mana ini merupakan masa emas sang anak untuk tumbuh dan berkembang. Sehingga, penekanan pada orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak menjadi urgensi dalam memerangi stunting di tanah air tercinta ini.

Oleh karena itu, program monodisiplin dirancang dengan menggunakan tiga pilar yang mewakili masing-masing domain, (1) Domain Kedokteran, yang membahas terkait stunting secara keseluruhan beserta dampaknya pada masa depan anak; (2) Teknologi Pangan, yang membahas terkait kebutuhan pangan dan nutrien anak sehingga untuk mencegah ataupun mengurangi dampak dari stunting itu sendiri; dan (3) Psikologi, yang membahas terkait pola asuh orang tua dan tanggung jawabnya dalam mendukung perkembangan anak.
Perlu diingat juga bahwa stunting adalah kondisi yang irreversible, artinya anak yang sudah mengalami stunting tidak dapat kembali ke kondisi normalnya. Sehingga tujuan utama dari program ini adalah menekan angka stunting di Desa Blacanan pada nominal yang sama, artinya tidak ada anak yang mengalami stunting lagi ke depannya. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat mendorong perangkat posyandu desa untuk memberikan perhatian yang lebih kepada kondisi ibu dan anak secara berkala untuk mengurangi dampak negatif pada anak yang telah mengalami stunting.
Langkah Nyata di Desa: Intervensi Edukatif untuk Cegah Stunting
Program dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2025 di lingkungan mushola Desa Blacanan yang biasanya memang digunakan untuk kegiatan posyandu. Program dimulai dengan seminar kepada seluruh elemen posyandu dengan materi terkait stunting dan pencegahannya. Setelah seminar, kami juga melakukan pengukuran tubuh anak-anak untuk mengklasifikasikan kondisi mereka saat ini (bila mana ukuran tubuh tidak sesuai standar, maka rekomendasi diberikan kepada orang tua untuk menjaga kesehatan anak). Terakhir, kami juga memberikan modul terkait stunting yang berisikan seluruh materi seminar dengan lebih spesifik beserta menu sederhana yang memenuhi 4 sehat 5 sempurna untuk anak.
Program berjalan dengan lancar dan hasil pengukuran pada anak menunjukkan bahwa mereka memiliki ukuran tubuh yang sehat dan tidak menunjukkan indikasi stunting. Hal ini patut disyukuri, mengingat stunting masih menjadi ancaman yang serius di berbagai daerah di Indonesia. Kami harap program ini bisa dilanjutkan oleh perangkat posyandu sesuai dengan harapan. Selain itu, diharapkan juga orang tua dapat lebih mawas dalam memberikan nutrien dan pola asuh yang sesuai dengan masing-masing anaknya sehingga setiap kebutuhan anak terpenuhi sebagaimana mestinya. Menjadi orang tua berarti bertanggung jawab untuk mengasuh anak, baik dari segi fisik maupun mentalnya. Mari menjadi orang tua yang bertanggung jawab disetiap tahap perkembangan anak.






















