TANGSEL- Salah satu dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Ciputat Timur (Ciptim) menjadi sorotan karena memberikan bantuan dalam bentuk bahan mentah di masa libur sekolah.
Padahal, dapur-dapur lain biasanya membagikan makanan kering seperti biskuit atau makanan siap saji.
Dapur MBG melayani lima sekolah, termasuk dua lokasi di Cempaka Putih. Bantuan yang diberikan berupa beras, ikan asin, kacang, jeruk, dan pisang. Pembagian dilakukan selama tiga hari, mulai Senin hingga Rabu.
Dari hasil kunjungan ke SDN 02 Ciputat Timur, terungkap bahwa bantuan diberikan dalam bentuk mentah karena kegiatan belajar sudah selesai dan siswa sudah mulai libur. Pihak dapur mengaku menyesuaikan kondisi di lapangan.
Kepala SPPG Ciputat Timur, A. Basiro, mengakui, bahwa keputusan ini memang datang dari pihaknya.
“Ya benar. Mungkin memang ada kesalahan juga dari saya. Betul, kebijakan dari saya, soalnya ada permintaan dari sekolah juga memanggil anak-anak yang sudah libur. Kebanyakan wali murid yang datang ke sekolah untuk mengambil paketnya,” kata Basiro saat dihubungi, Rabu 18 Juni 2025.
Basiro menjelaskan isi paket yang diberikan kepada siswa,“Beras untuk lima hari, telur puyuh rebus untuk satu hari, baby nila crispy untuk lima hari, kacang kriwil untuk empat hari, jeruk manis untuk dua hari, pisang ambon lumut untuk dua hari, apel malang untuk satu hari, dan susu UHT untuk satu hari,” jelasnya.
Dirinya menyebut, bahwa berdasarkan keputusan dari BGN (Badan Gizi Nasional), ke depannya bantuan tidak boleh lagi berupa makanan kering.
“Memang sudah final nih dari pembicaraan BGN, sudah menyatakan langsung bahwasanya tidak boleh kasih makanan kering. Saat ini sudah final, kedepannya setelah ini tidak ada lagi,” imbuhnya.
Basiro menjelaskan, Jumlah siswa yang mendapat bantuan dari dapur Ciputat Timur mencapai 4.075 orang.
“Kalau untuk siswa PAUD sampai kelas 3 SD itu anggarannya Rp8 ribu per anak per hari. Sedangkan untuk kelas 4 SD sampai SMA kelas 3 itu Rp10 ribu,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Deden Deni, menilai perlu adanya evaluasi terhadap pola pembagian yang berbeda antar dapur.
“Kami tentu mendukung program makanan gratis ini, karena sangat membantu dari sisi gizi. Tapi pembagiannya harus adil dan merata. Kalau ada dapur yang beda sendiri, tentu harus ditinjau,” kata Deden.
Deden juga menekankan pentingnya pengawasan, meskipun siswa sedang libur sekolah.
“Masa libur bukan berarti pengawasan boleh kendor. Justru kita harus memastikan bantuan tetap sesuai aturan. Bahan mentah boleh saja, tapi harus dilihat juga apakah keluarga siap mengolahnya,” tegasnya.
Selain itu, Deden menjelaskan, bahwa Dinas Pendidikan dan pihak sekolah hanya mendampingi, bukan pengambil keputusan utama soal jenis bantuan.
“Kewenangan penuh ada di BGN. Kami hanya bantu dari sisi data dan laporan. Tapi kalau ada yang janggal, kami tidak bisa diam,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Deden, program bantuan makanan ini menjangkau 49 sekolah dengan total sekitar 22.000 siswa di tujuh kecamatan. Ada sembilan dapur yang bertanggung jawab, dan beberapa kecamatan seperti Serpong dan Ciputat Timur memiliki lebih dari satu dapur.
Deden berharap ke depan semua dapur bisa mengikuti pedoman yang sama.“Kalau semua dapur punya aturan yang sama, masyarakat tidak bingung atau merasa dibeda-bedakan. Ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Deden, meski pembagian dilakukan saat libur, mayoritas orang tua tetap menyambut baik bantuan tersebut.
Hingga kini, belum ada perubahan kebijakan dari BGN atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) soal jenis bantuan.
Namun, Deden menegaskan, bahwa evaluasi tetap akan dilakukan agar program berjalan adil dan merata.
“Kami tidak ingin ada sekolah yang merasa dianaktirikan. Harus satu komando, satu standar, supaya program ini benar-benar bermanfaat,” pungkasnya.(MARIO)


























