Masa Adven bukan hanya perayaan liturgis, tetapi juga momen formasi karakter. Hal itulah yang tampak dalam rekoleksi mahasiswa Akademi Keuangan dan Perbankan (AKUB) Grha Arta Khatulistiwa Pontianak, yang mengusung tema “Kusiapkan Hatiku Tuhan: Mengisi Masa Adven dengan Pertobatan dan Prioritas.” Rekoleksi yang dibawakan oleh Romo Serafikus Suarno ini menempatkan pendidikan rohani sebagai fondasi bagi kedisiplinan dan kematangan pribadi mahasiswa.
Di tengah dinamika dunia pendidikan tinggi, rekoleksi menjadi ruang belajar non-formal yang memperkaya pembentukan karakter. Para mahasiswa merasakan bahwa tema pertobatan dan prioritas sangat relevan dengan tantangan akademik saat ini—mulai dari pengelolaan waktu, tanggung jawab, hingga kemampuan mengambil keputusan.
Alexsa, salah satu peserta, mengungkapkan bahwa ia belajar memprioritaskan kewajiban akademik dan menata ulang niat belajar. Rekoleksi bukan hanya menambah pengetahuan tentang Adven, tetapi juga membantu dirinya memahami bahwa mahasiswa yang beriman harus mampu memilah mana yang penting dan mana yang hanya menyita energi.
Margaret menyoroti pentingnya kedewasaan dalam dunia kampus. Menurutnya, pertobatan adalah undangan untuk kembali ke arah yang benar, sama seperti mahasiswa yang harus kembali pada tujuan studinya. Ia berkomitmen menjadi pribadi yang bijak, mandiri, dan kuat dalam prinsip—nilai-nilai yang sangat ditekankan dalam pendidikan karakter.
Lira juga merasakan hal serupa. Materi tentang kedewasaan membuatnya lebih paham bahwa menjadi mahasiswa bukan hanya soal hadir di kelas, tetapi juga bertanggung jawab terhadap prioritas hidup. Rekoleksi baginya adalah pencerahan untuk belajar menjadi pribadi yang lebih matang.
Anas dan Susan memandang rekoleksi sebagai momentum evaluasi diri. Mereka menyadari bahwa sebelum merayakan Natal, mereka juga perlu merapikan cara berpikir dan bertindak sebagai mahasiswa. Evaluasi diri ini sangat selaras dengan praktik self-regulated learning yang menjadi tren pendidikan modern.

Erika dan Wipi menunjukkan refleksi yang lebih mendalam. Menurut mereka, memprioritaskan Tuhan berarti belajar tentang disiplin, fokus, dan integritas—tiga nilai utama dalam dunia pendidikan tinggi. Rekoleksi membantu mereka memahami bahwa perubahan karakter harus disertai tindakan nyata.
Winda menambahkan bahwa konsistensi merupakan kunci kedewasaan akademik. Ia menilai rekoleksi ini mengajarkan pentingnya kesadaran diri, sebuah aspek penting dalam pengembangan soft skills mahasiswa.
Salah satu refleksi yang paling kaya datang dari Nelly. Ia menyampaikan bahwa rekoleksi mengajarkan keterhubungan antara pertobatan, prioritas, dan misi hidup—konsep yang sangat penting dalam teori pendidikan holistik. Nelly menekankan bahwa mahasiswa harus mampu menata hati, mengambil keputusan matang, serta hidup bertanggung jawab sebagai bagian dari pembentukan karakter akademik.
Stella dan Cindi menyoroti nilai kedewasaan, konsistensi, serta keteguhan dalam prinsip. Mereka melihat bahwa rekoleksi membantu mahasiswa mengembangkan kebiasaan baik seperti berdoa, refleksi, dan mempertahankan nilai iman dalam kehidupan kampus.
Mahasiswa laki-laki seperti Marcel dan Vitalus melihat rekoleksi sebagai kesempatan refleksi diri yang memperkuat kesadaran akademik. Mereka belajar mengevaluasi diri, mengenali kelemahan, dan berkomitmen untuk bertumbuh—sebuah proses yang sejalan dengan pengembangan karakter dalam pendidikan.
Stefanus, Aldo, dan Edo mengaitkan pertobatan dengan keberanian berubah. Dalam konteks pendidikan, keberanian untuk memperbaiki diri merupakan unsur penting dalam growth mindset. Mereka percaya perubahan diri harus dimulai dari hal kecil: ketepatan waktu, tanggung jawab tugas, dan disiplin studi.
Rizky dan Olga menegaskan bahwa rekoleksi ini membawa kedamaian dan energi positif. Kedamaian batin, menurut banyak pakar pendidikan, menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa—terutama menjelang masa ujian akhir.
Secara keseluruhan, rekoleksi Adven di AKUB bukan sekadar kegiatan rohani. Ia menjadi ruang pendidikan karakter yang kuat, menyentuh aspek kedewasaan, disiplin, refleksi diri, dan orientasi tujuan hidup.
Melalui rekoleksi ini, mahasiswa belajar bahwa pendidikan sejati tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga melalui proses batin yang membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku.
Rekoleksi Adven tahun ini memberi pesan jelas: mahasiswa yang siap secara rohani adalah mahasiswa yang siap secara akademik. Mereka yang belajar menata hati akan lebih mampu menata hidup dan prestasi.
Dengan demikian, rekoleksi ini bukan hanya menyambut Natal, tetapi juga menyambut masa depan—dengan karakter yang lebih matang, energi belajar yang lebih kuat, dan komitmen akademik yang lebih kokoh.






















