Bengkulu — Upaya pemasyarakatan dalam membangun pembinaan yang komprehensif kembali terlihat melalui kegiatan kerohanian Gereja Getsmani yang digelar di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bengkulu, Selasa (18/11). Ibadah yang berlangsung khidmat sejak pukul 10.00 WIB ini menghadirkan para penyuluh agama Kristen dan Katolik dari Kementerian Agama Kota Bengkulu sebagai pembimbing utama.
Berlangsung di Gereja Getsmani yang berada di dalam area Lapas Bengkulu, kegiatan diawasi oleh jajaran pembinaan Subseksi Bimkemaswat. Jamaat gereja yang terdiri dari Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) mendapatkan bimbingan rohani yang berfokus pada penguatan iman, disiplin beribadah, serta penanaman nilai moral sebagai bagian dari proses pembentukan kembali karakter.
Kepala Lapas Kelas IIA Bengkulu, Julianto Budhi Prasetyono, menyampaikan bahwa kegiatan pembinaan rohani bukan sekadar rutinitas, namun merupakan bagian penting dari transformasi pemasyarakatan.
“Pembinaan kerohanian berfungsi sebagai jembatan pemulihan diri bagi warga binaan. Melalui kegiatan keagamaan yang terstruktur seperti ini, kami berharap mereka tumbuh menjadi pribadi lebih baik dan siap kembali ke masyarakat,” ujar Kalapas.
Para penyuluh dari Kemenag Kota Bengkulu memberikan pengajaran tentang ketekunan beribadah, pemahaman nilai-nilai kasih, serta dorongan agar warga binaan membangun hubungan spiritual yang lebih sehat. Ibadah juga dipadukan dengan sesi refleksi yang memberi ruang bagi warga binaan untuk menyampaikan pengalaman dan pergumulan pribadi.
Kegiatan berjalan tertib dan penuh kekhidmatan. Banyak warga binaan tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian acara yang dianggap memberi ketenangan dan harapan baru selama menjalani pembinaan.
Pihak Lapas Bengkulu berkomitmen untuk terus menghadirkan program pembinaan rohani lintas agama demi memastikan seluruh warga binaan memperoleh hak spiritualnya secara layak. Kalapas menegaskan bahwa kegiatan ini akan terus ditingkatkan dan dilaporkan kepada pimpinan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan evaluasi berkelanjutan.
Melalui pendekatan humanis dan spiritual seperti ini, Lapas Bengkulu berharap setiap warga binaan dapat menjalani masa pidana dengan lebih bermakna dan siap melangkah menuju kehidupan yang lebih baik setelah bebas kelak.





















