Contact Us
Kirim Tulisan
Tulisan Saya
Pelataran
Leaderboard Satu Rumah
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
Pelataran
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
No Result
View All Result
Pelataran
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup

Fenomena Flexing dan Gaya Hidup Konsumtif: Ancaman Nyata di Era Media Sosial

Penulis: Enjelin Amanda Dewi

Enjelin Amanda Dewi by Enjelin Amanda Dewi
19 July 2025
in Gaya Hidup
A A
0
Flexing
862
SHARES
1.2k
VIEWS

Di era digital yang semakin terhubung, media sosial telah menjadi panggung publik yang tidak hanya menyebarkan informasi, tetapi juga membentuk gaya hidup. Salah satu fenomena yang mencolok adalah maraknya budaya flexing—menunjukkan kekayaan, barang-barang mewah, atau gaya hidup glamor secara berlebihan demi pengakuan sosial. Meskipun sekilas tampak sebagai ekspresi diri atau motivasi, budaya ini justru menanamkan nilai-nilai konsumtif yang berisiko tinggi, terutama bagi generasi muda.

Flexing: Gaya Hidup atau Tekanan Sosial?

Flexing bukan lagi sekadar tren sesaat. Di berbagai platform seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube, pengguna berlomba memamerkan barang branded, liburan mahal, atau pencapaian material. Namun yang menjadi masalah adalah ketika tindakan ini menimbulkan tekanan sosial bagi orang lain untuk tampil serupa, meskipun harus mengorbankan kondisi finansial yang belum siap (Wulandari, 2023).

Studi juga menunjukkan bahwa banyak individu, terutama anak muda, merasa tertinggal atau rendah diri ketika tidak mampu menampilkan gaya hidup serupa. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka terjerumus dalam perilaku konsumtif, bahkan berutang demi memenuhi ekspektasi gaya hidup digital (Neraca, 2023).

Baca Juga

Nayyara Azarine Farrashila

Nayyara Azarine Ajak Remaja Lestarikan Batik di Hari Batik Nasional

10 October 2025
Puteri Anak dan Remaja Banten

Kabar Gembira! Telah Dibuka Pendaftaran Ajang Puteri Anak dan Remaja Banten 2026

9 October 2025
WhatsApp Image 2025 10 06 at 11.13.43

Anissa Quinn Tampil Cantik Jadi MC di Acara Hari Batik Nasional

6 October 2025
Fun Run UFO Malang 2025

Panasonic Gobel Indonesia Dukung “Fun Run UFO Malang 2025” untuk Gaya Hidup

23 September 2025

Dampak Psikologis dan Finansial

Budaya flexing berisiko menimbulkan gangguan psikologis, seperti rendahnya harga diri, kecemasan sosial, hingga perasaan tidak pernah cukup. Ketika validasi diri diukur dari jumlah likes, views, atau komentar, maka kebahagiaan menjadi sesuatu yang semu dan sangat bergantung pada opini publik digital.

Leaderboard apa apa

Lebih dari itu, dorongan untuk mengikuti gaya hidup konsumtif juga berdampak langsung pada kestabilan keuangan. Banyak kasus di mana orang rela berutang melalui paylater, kartu kredit, atau pinjaman online demi tampil mewah di media sosial. Gaya hidup ini menjebak dalam siklus konsumsi yang tidak sehat dan jauh dari prinsip pengelolaan keuangan yang bijak (Neraca, 2023).

Generasi Muda di Persimpangan Nilai

Generasi muda Indonesia, yang saat ini menjadi pengguna utama media sosial, berada dalam persimpangan antara nilai konsumtif dan nilai produktif. Di satu sisi, mereka dibanjiri oleh konten yang mengagungkan kekayaan dan penampilan. Di sisi lain, mereka juga memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan melalui digital creativity, kewirausahaan, dan gerakan literasi finansial.

Namun tanpa pendampingan yang tepat—baik dari keluarga, sekolah, maupun masyarakat—generasi muda bisa kehilangan arah dan menjadikan konsumsi sebagai identitas utama. Fenomena ini juga memperkuat kesenjangan sosial digital, di mana keberhasilan diukur dari tampilan luar, bukan dari proses atau pencapaian yang autentik (Wulandari, 2023).

Peran Edukasi dan Literasi Digital

Salah satu langkah penting untuk menghadapi tren ini adalah meningkatkan literasi digital dan literasi keuangan di kalangan masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa. Literasi digital tidak hanya mengajarkan cara menggunakan teknologi, tetapi juga cara menyikapi informasi, memahami realitas media sosial, serta mengembangkan daya kritis terhadap konten konsumtif.

Sementara itu, literasi keuangan membantu anak muda memahami pentingnya menabung, berinvestasi, dan membedakan kebutuhan dari keinginan. Edukasi ini perlu dimasukkan ke dalam kurikulum formal maupun disebarluaskan melalui platform digital agar menjangkau generasi yang hidup di dunia maya.

Menuju Gaya Hidup yang Lebih Sehat dan Otentik

Media sosial seharusnya menjadi tempat berbagi inspirasi dan kreativitas, bukan ajang kompetisi konsumsi. Sudah saatnya kita membangun budaya digital yang lebih sehat, yang menghargai keaslian, proses, dan nilai-nilai sederhana. Mengangkat kisah perjuangan, kerja keras, atau kreativitas jauh lebih berdampak dibanding sekadar unjuk kemewahan.

Kesimpulan

Fenomena flexing dan gaya hidup konsumtif adalah cermin dari nilai-nilai yang sedang diuji di era digital. Generasi muda perlu dibekali dengan kesadaran, literasi, dan kekuatan untuk tidak terjebak dalam citra palsu yang dibentuk oleh media sosial. Karena sejatinya, nilai seseorang tidak ditentukan dari apa yang ditampilkan di layar, tetapi dari integritas, usaha, dan kontribusi nyata dalam kehidupan.

Penulis: Enjelin Amanda Dewi

Sumber gambar: istockphoto.com

Share345Tweet216Share60Pin78SendShare
Leaderboard Puteri Anak dan Puteri Remaja Banten 2026
Previous Post

Alumni Pesantren Bicara Pendidikan Tinggi dan Kemajuan Bangsa dalam Dialog Nasional

Next Post

AGIS Kindergarten dan Orang Tua Bersinergi: Membangun Fondasi Emas Pendidikan Usia Dini

Enjelin Amanda Dewi

Enjelin Amanda Dewi

Related Posts

Nayyara Azarine Farrashila

Nayyara Azarine Ajak Remaja Lestarikan Batik di Hari Batik Nasional

10 October 2025
Puteri Anak dan Remaja Banten

Kabar Gembira! Telah Dibuka Pendaftaran Ajang Puteri Anak dan Remaja Banten 2026

9 October 2025
WhatsApp Image 2025 10 06 at 11.13.43

Anissa Quinn Tampil Cantik Jadi MC di Acara Hari Batik Nasional

6 October 2025
Fun Run UFO Malang 2025

Panasonic Gobel Indonesia Dukung “Fun Run UFO Malang 2025” untuk Gaya Hidup

23 September 2025
Next Post
IMG 20250719 WA0016

AGIS Kindergarten dan Orang Tua Bersinergi: Membangun Fondasi Emas Pendidikan Usia Dini

WhatsApp Image 2025 07 19 at 11.26.21 1

Rapat Pembahasan Tindak Lanjut Permohonan HPL PT. INALUM

WhatsApp Image 2025 07 19 at 11.26.21

Sebagai Hulu dari Layanan Pertanahan, Menteri Nusron Ingin IPPAT Ikut Berperan dalam Transformasi Layanan Pertanahan

WhatsApp Image 2025 07 19 at 11.26.20

Hadapi Tiga Tantangan, Menteri Nusron Sampaikan Soal Penguatan Sistem dan SDM di Hadapan Jajaran Kanwil BPN Provinsi Sulut

1000200128

Dari SMA Swasta Jadi Gubernur, Andra Soni Bukti Sekolah Bukan Penentu Masa Depan

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat dan Ketentuan
  • Disclaimer
  • Mengapa Tulisan Belum Ditayangkan?
  • Contact Us

© 2023 Pelataran - Pres Rilis dan Berita

No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
  • Login
  • Sign Up

© 2023 Pelataran - Pres Rilis dan Berita