Contact Us
Kirim Tulisan
Tulisan Saya
Pelataran
Kirim Berita Media Wanita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
Pelataran
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
No Result
View All Result
Pelataran
No Result
View All Result
Home Opini

Menjaga Indonesia: Antara Sorak Demokrasi dan Tantangan Kebangsaan

Ahmad Bakhtiyar Nur Fahriyan by Ahmad Bakhtiyar Nur Fahriyan
5 May 2025
in Opini
A A
0
ChatGPT Image 5 Mei 2025 10.25.492
857
SHARES
1.2k
VIEWS

Sorak-sorai mahasiswa kembali menggema di depan Gedung DPR/MPR RI, pertanda bahwa demokrasi Indonesia masih hidup dan tumbuh. Namun, di balik semangat itu, tersimpan kekhawatiran yang mendalam: apakah bangsa ini masih cukup kuat memelihara persatuan ketika kebebasan berekspresi justru mengundang friksi sosial?

Baca Juga

M. Imam Muddin | Mahasiswa Ilmu Tasawuf & Psikoterapi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti hubungan antara spiritualitas Islam, psikologi, dan keseimbangan jiwa

“Dari Crypto ke Saham Halal: Cara Fikih dan Psikologi Menenangkan Cemas Finansial”

7 October 2025
soft living

Lelah Diburu Ambisi? Soft Living, Cara Gen Z Melawan Hustle Culture

6 August 2025
NEED JOB

Antara Gelar dan Realita: Dunia Kerja Butuh Apa Sih Sebenarnya?

5 August 2025
AI

AI: Sahabat Curhat Gen Z di Tengah Krisis Kesehatan Mental

5 August 2025

Demonstrasi yang digelar pada Maret 2025 terkait penolakan revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) menyoroti kekhawatiran publik terhadap potensi kembalinya peran ganda militer dalam kehidupan sipil. Isu ini mengemuka bersamaan dengan meningkatnya ketidakpuasan terhadap berbagai persoalan sosial—dari ketimpangan ekonomi, konflik agraria, hingga krisis kepercayaan terhadap lembaga negara.

Di tengah situasi ini, penting untuk kembali menengok esensi dari wawasan kebangsaan. Bukan sekadar wacana akademik dalam ruang kelas Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), melainkan landasan sikap hidup bangsa yang mendasari bagaimana rakyat Indonesia memandang diri dan lingkungannya secara utuh, menyeluruh, dan integral.

Teori Wawasan Nusantara sebagai salah satu pilar pemikiran kebangsaan Indonesia menawarkan kerangka berpikir bahwa bangsa Indonesia harus memandang wilayahnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Dalam konteks ini, demonstrasi dan kritik terhadap kebijakan pemerintah sejatinya adalah bentuk partisipasi warga negara dalam menjaga negaranya—selama dilakukan dengan damai dan bertanggung jawab.

Namun, jika tidak dikelola dengan nilai-nilai kebangsaan yang kuat, perbedaan pendapat justru bisa berkembang menjadi konflik horizontal. Di sinilah pentingnya menanamkan kembali nilai-nilai wawasan kebangsaan, khususnya kepada generasi muda.

Seperti yang diungkapkan Widisuseno dan Sudarsih (2019) dalam penelitiannya Penguatan Wawasan Kebangsaan sebagai Upaya Pencegahan Paham Radikalisme dan Intoleransi di Kalangan Pelajar, pelajar yang diberikan pemahaman mendalam tentang kebangsaan lebih mampu menolak ajakan radikal dan mempertahankan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sosial.

Penurunan kualitas wawasan kebangsaan bukanlah isapan jempol. Penelitian yang dirilis Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) menunjukkan bahwa intoleransi, konflik SARA, dan meningkatnya ujaran kebencian di media sosial adalah indikator lemahnya kesadaran kebangsaan. Fenomena ini dapat menjadi ancaman serius terhadap integrasi nasional jika tidak ditanggulangi sejak dini.

Di sisi lain, Utomo dan Salhefni (2019) dalam jurnal mereka Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka NKRI menekankan bahwa wawasan kebangsaan adalah fondasi utama dalam menjaga keutuhan NKRI di tengah terpaan globalisasi dan derasnya arus informasi.

Dalam konteks ini, peran pendidikan, media, serta tokoh masyarakat menjadi sangat krusial. Ketika media massa justru memperuncing perbedaan atau menyebarkan informasi tidak akurat, nilai-nilai kebangsaan semakin tergerus. Oleh karena itu, ekosistem informasi dan ruang publik harus dibentuk dengan semangat kebangsaan yang inklusif dan berpijak pada nilai-nilai dasar Pancasila.

Demokrasi memang mensyaratkan kebebasan, tetapi kebebasan tanpa landasan kebangsaan dapat menjadi boomerang bagi persatuan. Di tengah gejolak sosial politik hari ini, memperkuat wawasan kebangsaan adalah satu-satunya jalan agar Indonesia tetap menjadi rumah bersama bagi seluruh warganya.

Bukan hanya pemerintah yang memikul beban ini, tetapi setiap warga negara—terutama generasi muda—yang kelak akan memegang tongkat estafet perjalanan bangsa.

Referensi

Widisuseno, A., & Sudarsih, S. (2019). Penguatan Wawasan Kebangsaan sebagai Upaya Pencegahan Paham Radikalisme dan Intoleransi di Kalangan Pelajar. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.

Utomo, T., & Salhefni, S. (2019). Wawasan Kebangsaan dalam Kerangka NKRI. Jurnal Ketahanan Nasional.

Banner Publikasi Press Release Gratis

Lembaga Ketahanan Nasional (2021). Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan dalam Konteks Ketahanan Nasional. Jurnal Lemhannas RI.

 

 

Share343Tweet214Share60Pin77SendShare
Leaderboard Puteri Anak dan Puteri Remaja Banten 2026
Previous Post

Ryan Adriandhy Sutradara Film Jumbo “Family Values, Cerita yang Gampang Diterima Orang Indonesia”

Next Post

Kebangsaan Tak Berhenti di Jeruji: Menguatkan Identitas Nasional di Kalangan Narapidana

Ahmad Bakhtiyar Nur Fahriyan

Ahmad Bakhtiyar Nur Fahriyan

Saya Bakhtiyar, Taruna tingkat II Politeknik Pengayoman Indonesia jurusan Ilmu Pemasyarakatan. Biasa dipanggil Bakhtiyar atau Fahriyan. Saya senang menulis tentang fiksi dan nonfiksi. Artikel pertama saya, saya tulis saat saya berumur 13 tahun ketika menduduki bangku SMP. Selamat datang dan selamat membaca.

Related Posts

M. Imam Muddin | Mahasiswa Ilmu Tasawuf & Psikoterapi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti hubungan antara spiritualitas Islam, psikologi, dan keseimbangan jiwa

“Dari Crypto ke Saham Halal: Cara Fikih dan Psikologi Menenangkan Cemas Finansial”

7 October 2025
soft living

Lelah Diburu Ambisi? Soft Living, Cara Gen Z Melawan Hustle Culture

6 August 2025
NEED JOB

Antara Gelar dan Realita: Dunia Kerja Butuh Apa Sih Sebenarnya?

5 August 2025
AI

AI: Sahabat Curhat Gen Z di Tengah Krisis Kesehatan Mental

5 August 2025
Next Post
images

Kebangsaan Tak Berhenti di Jeruji: Menguatkan Identitas Nasional di Kalangan Narapidana

IMG 20250502 WA0014

Profil Lengkap RayJit ( Rayhan Faadhillah Jitra ) dan Perjalanan Karier

images 1 1

Pancasila Sebagai Penangkal Radikalisme dan Tantangan Global

images 1

Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa

IMG 20250505 WA0023

Koperasi Desa Merah Putih

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat dan Ketentuan
  • Disclaimer
  • Mengapa Tulisan Belum Ditayangkan?
  • Contact Us

© 2023 Pelataran - Pres Rilis dan Berita

No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Kirim Tulisan
    • Login
    • Account
    • Logout
  • Login
  • Sign Up

© 2023 Pelataran - Pres Rilis dan Berita